Kamis, 16 Juli 2009

Sebotol mahal anggur putih ada di depan mataku, tapi aku tak pernah tahu karena aku terus menanti, segelas air putih. (Dee Rectoverso hlm. 9)

Terima kasih pada pengarang Rectoverso, Dewi Lestari. Aku dah baca, part Curhat Buat Sahabat. Thanks, itu dah memberiku inspirasi, menyadarkanku, memberi pandangan baru terhadap yang selama ini aku cari, aku harapkan.

Selama ini, aku selalu berharap tuk tetap dekat dengan Dia. Dia yang dulu my Lovely, yang kemudian jadi sahabat karena alasan yang bagi sebagian orang kurang masuk akal, rehat, mungkin tuk selamanya.

Udah banyak cewek yang datang pergi mengisi hatinya. Tapi Dia tetap dekat denganku, sebagai sahabat, tak lebih.

Alasan tuk tetap bertahan jomblo cukup simple, gag ada manusia cowok yang buat aku tertarik.

Sampai akhirnya, ada satu manusia unik yang buat aku tersenyum jika bersamanya. Yang buatku mengakhiri masa kejombloan. *lebai banget sih dari tadi?

Entah kenapa, sejak saat itu Dia seperti gag suka ngeliat mukaku. Udah gag ada curhat lagi. Udah jarang kasih kabar lagi.

Wajar dong kalo aku bingung, dan berusaha seperti dulu lagi.  Ada 3 sahabatku yang setia dengerin curhatku tentang Dia. Aku selalu mengeluh, kenapa dia gag bisa bersikap seperti aku??? Mereka mendengarkan, mereka membantu cari solusi.

Aku terus berusaha mengembalikan semua seperti dulu. Dan itu menjadikanku manusia egois, yang gag peka dengan Lingkunganku sendiri. Dan gag sadar kalo selama ini ada yang jauh lebih penting dari yang kucari.

Sebotol mahal anggur putih ada di depan matamu, tapi kamu tak pernah tahu. Kamu terus menanti, segelas air putih. (Dee Rectoverso hlm. 9)

Gag nyangka barisan kalimat pendek itu buatku sadar dengan apa yang telah ku lakukan selama ini. Aku gag menyadari kalo selama ini aku memiliki 3 orang sahabat yang selalu ada saat aku suka saat aku susah.

Keke, walaupun dia agak semrawut, tapi cukup menghiburku dengan ocehannya yang gag jelas. Keke satu-satunya penghubung antara aku dan dia.

Cece, pendengar setia yang gag pernah ngeluh saat aku ngamuk. Ngerti aku banget, walaupun kadang nyumpahin dia.

Acinx, yang selalu jaga aku. Yang selalu hapus air mataku, yang gag pernah lelah tuk calling aku cuma sekadar buat tanya "Gimana keadaanmu? Gimana dengan Dia? Gimana dengan Arab Unikmu?"

Okelah, aku kehilangan Dia. Tapi ada 3 orang sahabat yang gag pernah ninggalin aku. Aku gag tahu jadinya kalo mereka bertiga bosan dengar curhatku, lelah dengan sikapku yang suka ngamuk. Aku gag pernah sadar, gimana kalo tiga serangkai itu ninggalin aku.

Sekarang aku sadar, yang aku miliki ternyata jauh lebih berharga dari yang aku harapkan.

Thanks for Keke, Acinx, Cece. Yang udah ada selama ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar