Selasa, 21 Juli 2009

Heboh On The Road, by Kukang & Tiw-Tiew


Aku lagi ada di Semarang. Dan berencana keluar muterin kota bareng my sister in mad, Tiwie. Dari rumah dah siap tempur jalanan, *walaupun pagi-pagi susah banget buat Tiwie bangkit dari kubur, eh, tempat tidur...

Kami pun siap berangkat. Tapi, masa mau ninggalin rumah begitu aja. Mana pembokat pergi entah ke mana tanpa pamit? (mungkin scary ngebangunin kami yang Lagi wisata di pulau Kapuk)

Nunggu deh. 5 menit... Masih sabar. 10 menit, mulai gelisah. 15 menit, sampe bermenit-menit yang gag kami hitung karena keburu gemes.

Kemudian inisiatif tuk telepon tetangga pun muncul. Siapa tahu ada yang Lihat dia Lagi di mana. Eh, ternyata malah Lagi ngobrol di rumah tetangga. Pulang Lemes kami kelitikin Lho!

Walaupun telat, akhirnya kami berangkat. At the first, Tiwi yang nyetir motornya ampe depan gang (terlalu menakutkan biarin Tiwi bawa motor di Jalan Raya)

Kami berencana pergi ke SMAGA. Tapi coz telat, rencana berubah ke Citra21 dulu.

"Oke, tancap Bang!"  Tiwi bersemangat.

Awalnya Lancar. Walau jalanan rame semrawut kayak rambutku pas bangun tidur, tapi semua terkendali. Maklum, titisan Rossi. Hehehe...

Tapi tiba-tiba, ciiiiiittttt! Mobil Avansa kuning di depan kami berhenti mendadak. Eitz, aku gag kalah sigap! Ku rem motor sambil banting stir kiri. Tapi apes, Tiwi yang Lagi terkantuk-kantuk mbonceng gag siap keadaan ini. Bruuk! Badannya dengan sukses mendarat di punggungku. Badanku yang Lebih kecil ini gag tahan dong menopang badannya. Akhirnya, aku juga ikut nyuksep ke depan dengan posisi hampir duduk di "tingkringan kaki" motor matic kami.

"Reeen, ingat. Waspadalah!"

Untunglah, masih bisa pegang kendali. Saat motor jalan dengan kecepatan 40 km/h...

Aku : "Mbak, kayaknya sepatuku alasnya Licin deh. Makanya tadi nyungsep..."

Tiwi : "Hah? APA?"

Aku :"Ni sepatunya bahaya...!"

Tiwi : "Houm, nha terus piye?"

Ciit. Lampu merah menghentikan kami.

Aku mbatin, gag mungkin dong ni sepatu tak tenteng dan kakiku dalam keadaan Nyeker?

Aku : "Tukeran sepatu dong..."

Tiwi : "Oke. Nanti berhenti di pinggir jalan."

Aku : "Alah kelamaan. Di sini aja..."

Tiwi : "Wha... ntar ijo?"

Aku : "Makanya buruan."

Tiwi melepas sepatu kanannya. Kakiku tak angkat ke belakang, coz minta Tiwi yang nyopotin. Haap! Sepatu hijauku di kaki kanan Tiwi, dan sepatu hitam Tiwi di kaki kananku. Giliran kiri...

Tiin... Tiiiiiin.....! Tiiiiiiiiiiiinnn!!!

Aku & Tiwi = "WAH! IJO!!"

Ngeeeng....! Grogi nieh. Langsung tancap gas. Dan, Tren warna sepatu model ke-dudulan kami di-realese sudah. Dengan PD-nya kami pake sepatu yang warna di kaki kanan dan kiri sangat begitu beda (Lebaii...).

Si Tiwi gag mau gilanya terlihat kumat. Makanya dia cepet-cepet minta ganti. Berhenti deh di pinggir jalan.

Sampai di CL, Langsung menuju Citra21. Buset, ni antrian beli tiket bioskop apa antrian Jemaah Haji Latihan Lempar Jumrah? Rame pisan...!

Ngantri deh yang jaraknya 10 meter dari Loket. Sambil mengusir kebosanan, kita ngomenteri orang-orang di sekitar kita yang terlihat aneh. Ada yang pake hak tinggi, tapi tetep... masih Lebih pendek dari Tiwi *eh, kurang ajar! (Tiwi screams behind me)

Ada yang pake baju dobel-dobel kayak di kutub utara. Padahal panasnya gilaa. Gag dengar Global Warming apa ya?

Tiba-tiba ada Satpam yang mirip Pepi Lewat.

Tiwi = "Eh, ada Pepi ada Pepi!"

Criiing, waduw. Si Pepi melirik sangar. Hee, piss pak...

si Pepi : "Hayo hayo! Yang antri satu aja! Jangan Rombongan..."

Kita saling pandang. Gruduk! Langsung pada baris rapi. Tapi, kita baru sadar ternyata kita tidak baris di barisan yang benar.

Aku : "Barisan apaan ni? Lhoh? Kok ujungnya toilet?"

Bak sapi ompong kita garuk-garuk kepala. *emang sapi bisa garuk-garuk?

Tiiing! Muncul ide Licik di otakku. Buk! Awww! Tiwi dengan sukses masuk barisan dengan bantuan dorongan mengagetkan dariku. Hahaha! Kabuuur....

Tiwi : "Aduh mas, maaf ya.... Maaf..."

Mas Yang Baik Hati (awalnya) : "Ya, gag apa apa..."

Itulah awal kesengsaraan Tiwi dalam antrian...

Tiwi terlihat ngobrol ama mas tadi. Dari kejauhan, aku bangga. Tapi semakin lama wajah Tiwi semakin Bete. Tanpa berniat menguping, aku mendekat.

Mas Yang Baik Hati (awalnya) : "Dek, bolos sekolah ya?"

Tiwi : "Udal LuLus owk..."

Mas Yang Baik Hati (awalnya) : "Hah? Dah LuLus SMP? Koq gag MOS? Kabur yaaa...?"

Tiwi : (baru buka mulut, mau jawab)

Mas Yang (katanya) Jual Pulsa : "Kita MOS'in di sini aja sekalian...."

Tiwi : (baru buka mulut, mau jawab)

Mas Yang Baik Hati (awalnya) : "Dari SMEA mana Dek?"

Tiwi : (baru buka mulut, mau jawab) *kasian banget sih?

Mas Yang (katanya) Jual Pulsa : "Bukannya dari LPK (Lembaga Pelatihan Kejuruan)? Yang jurusan Jahit?

Tiwi : (udah mulai gemes)

Mas Yang Baik Hati (awalnya) : "Lho, kirain Jurusan Tata Boga?"

Tiwi : (mendendangkan Lagu Sakit Hati)

Mbak Yang Baik (sampai akhir hayat) : "Eh, anak orang tuh! Diisengin mulu..."

Mas Yang (katanya) Jual Pulsa : "Salah dia, bolos MOS."

Tiwi : (mangap lagi)

Aku : (mundur perlahan-lahan) *jahat! Aku ditinggal seorang diri! (Mata Tiwi berkata demikian)

Penantian Tiwi tuk sampai Loket hampir berakhir. Ditengah menikmati angin segar yang udah tercium dari ruang Loket...

Mas Yang (katanya) Jual Pulsa : "Pak! Ni nih Pak, Tas-nya Gede. Ada Handycam di dalamnya! Mau buat bajak piLem!"

si Pepi : (mengamati dengan seksama, dari atas sampai bawah, balik ke atas lagi, dalam tempo yang sesingkat-singkatnya)

Tiwi : "Nggak kok Pak!"

Si Kribo : "Udah pak. Kalo curiga periksa aja."

si Pepi : (sadar kalo cuma dikerjain)

Mendadak si Kribo keluar dari antrian, karena mendapat telefon dari (kononnya) temannya yang udah ngantri duluan, dan ngasih kabar kalo udah dapet tiket. Alhamdulilah... Minggat minggat!

Tiba-tiba si Kribo bilang...

"Sialan! Ni yang nelpon barusan SMS, kalo ternyata belum dapat tiket! Segininya aku dikibulin! Udah ah, tak balik lagi!"

Tiwi : "eitz, yang udah keluar gag boleh masuk lagi..."

si Kribo : "eeeh, apa sih anak kecil. Ribut aja. Sana Pulang, bilang mama!"

Tiwi : (terdiam, marasa di-zholimi)

Loket pun terjamah.

Akhirnya, keluar dari Neraka ala Loket Citra21.

Menghampiriku yang lagi senyam-senyum gag jelas, gara-gara terkesima, terpesona, dan ter- ter- lainnya, ngeliat cowok mirip Fabregas! (gag usah dibahas, ini ternyata hanya kesalahan penglihatan semata).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar