Udah jadi kebiasaan Nica, temen sekamarku, melumuri wajahnya menggunakan Salicyl bedak gatal. Jangan kuatir, karena bukan hanya kalian yang jadi heran dibuatnya, akupun gak kalah heran. Yang ku tahu, Salicyl itu bedak gatal yang TIDAK untuk dikonsumsi wajah yang sedang dalam kondisi normal. Bahkan aku tahu Salicyl pun karena pernah dipakai Farah. Waktu itu pantat adikku si Farah gatal ampe bentol-bentol, terus pantatnya ditaburi sama mama pake Salicyl Bedak Gatal karena mama gak berani pake Bedak Herocyn, secara walaupun katanya TopCer, tapi tuh bedak memberikan sensasi rasa terbakar di kulit. Mungkin mama kuatir Farah jadi tambah item gara-gara kulitnya terasa terbakar. *gak ngaruh deh*
Setiap habis mandi, pulang kuliah, dan mau tidur, Nica selalu menutul-nutul *aduh bahasanya gak enak banget* wajahnya menggunakan Salicyl. Bagi yang gak paham arti menutul-nutul, yang dimaksud menutul-nutul adalah menaburi Salicyl di telapak tangan kiri, lalu jari telunjuk tangan kanan nyolek bedak yang ada di tangan kiri, terus menempel-nempelkannya di wajah sehingga membentuk polkadot-polkadot kecil yang kami sebut tutul. Kenapa kami namai tutul? Karena wajah Nica lebih mirip kulit badan Macan Tutul dibanding kulit wajah manusia NORMAL setelah dia melakukan ritualnya tersebut.
Sungguhlah si Nica itu orang yang Istiqomah, artinya orang yang melakukan sesuatu dengan rutin. Rutin banget. Awalnya aku gak terbiasa dengan ritualnya, karena dialah orang pertama yang kulihat saat membuka mata di pagi hari. Sumpah gak asik banget kalo kamu bangun tidur, yang pertama kali dilihat adalah wajah berpolkadot putih! Sering aku menjerit saat pertama kali membuka mata. Takut!
Asal kalian tahu, Jahil is my middle name. Aku nemuin KTP dengan foto dan tanda tanganku dengan kolom nama tertulis Dyah ‘Jahil’ Mustikareni. *lebai deh*
Sumpah, ritual Nica membuat tanganku gatal. *lalu aku minta Salicyl nya dikit buat ngurangi gatal di tanganku* Nggak nggak, maksudnya, aku jadi pengin banget njahilin. Udah berkali-kali Salicyl aku umpetin biar pas pulang kuliah Nica stress kehilangan soulmate nya. *jahat*
Cuma kadang aku gak tega *kadang lho*. Akhirnya ku beritahu tempat persembunyian Salicyl. Cuma setiap malam, di saat dia telah selesai melukis polkadot di wajahnya, tak lupa aku berdoa, berharap Salicyl raib di dunia ini. Pabriknya jadi pabrik kolor.
Akhirnya doa ku terkabul. Bukan bukan, pabriknya masih tetap jadi pabrik Salicyl, gak ganti jadi pabrik kolor. Bisa dibilang setengah terkabul sih. Akhirnya kemarin tanggal 16 Oktober 2011 Nica lupa membawa Salicyl Bedak Gatal! Alias ketinggalan di rumah. Orang pertama yang bersorak di atas penderitaannya adalah aku. Ya, aku. Akhirnya dia tidak memberi polkadot di wajahnya. Tapi doa ku tidak dikabulkan sempurna. Malam harinya dia memaksaku untuk mengantarkannya ke apotek membeli Salicyl.
“Lo sih berdoanya yang nggak-nggak. Pokoknya lo kudu bertanggungjawab! Anterin gue cari Salicyl sekarang.”
Oke.
Meluncurlah kita ke apotek Sekaran. Apotek terdekat dari kost. Beruntung sekali, di sana stok Salicyl Bedak Gatal HABIS! Kembali aku bersorak, nari-nari di pinggir jalan. Tapi NIca gak mau menyerah. Dia tetep ngotot cari Salicyl, di apotek Patemon. Jaraknya 2 km dari Apotek pertama.
Bodohnya aku, aku ngebiarin Nica yang nyetir motor. Aku punya riwayat trauma mbonceng Nica. Gimana nggak trauma coba, dia nyetirnya kayak orang mabok! Dikiranya aku kucing apa, nyawanya ada 9? Apalagi waktu di jalan dia berpapasan dengan mantan pacarnya, yang sama-sama nyetir motornya kayak orang mabok. Mungkin saking senengnya ya, dia nyetir motornya jadi pake gaya zig-zag goyang patah-patah.
Sampailah kami di apotek Patemon, dengan selamat. Apes sekali, stok Salicyl Bedak Gatal di sana masih banyak. Mungkin aku gak sadar ngucap doa semoga di Patemon ada Salicyl, karena sumpah aku gak tahan lama-lama disetirin Nica. Lama-lama bisa menyebabkan penuaan dini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar